'Mandau' Karya Agung Suku Dayak |
Suku Dayak merupakan suku asli Kalimantan, salah satu senjata tradisional suku Dayak adalah Mandau. Mandau adalah senjata tajam sejenis parang. Berbeda dengan parang, mandau memiliki ukiran-ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau. Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi Ngayau (pemenggalan kepala lawan).
Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagangnya. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi.
Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Mandau juga merupakan alat bertani dan membuka ladang dalam setiap kegiatan bercocok tanam suku Dayak. Dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang antar suku, pengayauan atau kegiatan mencari kepala manusia, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara lainnya.
Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian masing-masing tergantung dari si pemilik Mandau tersebut. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-19) semakin banyak orang yang berhasil di-ayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-ayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti.
Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan kini juga digunakan sebagai alat untuk berladang dan bertani. Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang dan ujungnya runcing. Salah satu sisi mata bilahnya berujung diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul.
Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang mengandung bijh besi dan dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam. Namun kini Mandau lebih sering dibuat dengan menggunakan besi baja yang mudah didapatkan seperti besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya.
Tak jarang Mandau juga diberi hiasan dengan sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu. Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin atau kayu besi yang memiliki kualits panas yang sangat tinggi dan stabil.
Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya kepala korban yang pernah dipenggal mandau tersebut.
Gagang Mandau atau hulu mandau terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Namun, tidak jarang juga menggunakan katu berkualitas yang keras dan tidak mudah pecah. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti kepala naga, paruh burung, pilin, dan berbentuk kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia yang telah menjadi korban. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku yang membuat, serta status sosial pemiliknya.
Sarung mandau atau kumpang atau warangkanya biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, serta manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga biasa dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakatnya. Nilai-nilai itu antara lain tercermin dalam keindahan seninya, ketekunan pembuat atau penciptanya, ketelitian, dan kesabaran.
Huh, begitu menariknya menapaktilasi kekayaan budaya nusantara, kembali saya mengajak kepada seluruh anak bangsa, mari kita lestarikan budaya nusantara. Kepada seluruh saudaraku Suku Dayak, warisi semua ini. I Love Dayak!
0 comments
Post a Comment